Kamis, 03 Mei 2012

Askep Pankreaitis


Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 200; 1338)
Pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari pankreas. (Doengoes, 2000;558)
Pankreatitis akut adalah inflamasi pankreas yang biasanya terjadi akibat alkoholisme dan penyakit saluran empedu seperti kolelitiasis dan kolesistisis. (Sandra M. Nettina, 2001)
Pankreatits merupakan kedaruratan gastrointestinal yang   sering    ditemukan di klinik. (Kapita selecta : 498)
Pankreatitis akut adalah keadaan akibat autolisisi jaringan pankreatik yang disebabkan keluarnya enzim ke dalam substansi tersebut. Menimbulkan perdarahan dalam parenkim serta jaringan sekitarnya. (Kamus satu Kedokteran Dorland: edisi 25)

B.     Anatomi
Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping, panjangnya sekitar 6 inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3 segmen utama: kaput, korpus, kauda. Kaput terletak pada bagian cekung duodenum, dan kauda menyentuh limpa.

Pankreas :
a.       Fungsi eksokrim ; yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
b.      Fungsi endokrim ; sekelompok kecil sel epithelium yang berbentukpulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama berbentuk organ endokrim yang mensekresikan insulin.
c.       Fungsi sekresi eksternal ; yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan.
d.      Fungsi sekresi internal ; yaitu cairan pankreas yang dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan diintestinum.
e.       Fungsi sekresi internal ; yaitu sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri  yang langsung dialirkan ke dalam peredaran darah.
Hasil sekresi pankreas berupa hormon Insulin ; Hormon ini langsung dialirkan ke dalam darah tanpa melewati duktus. Getah pankreas ; sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini termasuk kelenjar eksokrim.
Struktur pankreas merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran. Saluran dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi duktus yang jari-jarinya ± 3 mmm, duktus ini disbut duktus pankreatikus.
  %21pancana  %21pancr00 %21sugar00

C.    Etiologi
  1. Batu saluran empedu
  2. Infeksi virus atau bakteri
  3. Alkoholisme berat
  4. Obat seperti steroid, diuretik tiazoid
  5. Hiperlipidemia, terutama fredericson tipe V
  6. Hiperparatiroidisme
  7. Asidosis metabolik
  8. Uremia
  9. Imunologi seperti lupus eritematosus
  10. Pankreatitis gestasional karena ketidakseimbangan hormonal
  11. Defisiensi proteinToksin
  12. Lain-lain seperti gangguan sirkulasi, stimulsi vagal ( Arief Mansjoer, 2000)

D.    Manifestasi  Klinik
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa sakit.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati (midepigastrium). Awitannya sering bersifat akut dan terjdi 24-48 jam setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya. Umumnya rasa sakit menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristatis. Rasa sakit yang disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengn muntah. Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler teraba pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi dan merupakan tanda yang fatal. Namun demikian abdomen dapat tetap lunak jika tidak terjadi peritonitis. Ekimosis (memar) didaerah pinggang dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya pankreatitis haemoragik yang berat. Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi pada pankreatitis akut. (Brunner & Suddart, 2001:1339)

E.     Patofisiologi
Pankreatitis akut dimulai sebagai suatu proses autodigesti di dalam kelenjar akibat aktivasi prematur zimogen (prekursor dari enzim digestif) dalam sel-sel sekretor pankreas (asinar), sistem saluran atau ruang interstisial.
Pada pankreatitis akut terjadi aktivasi dari ensim pankreas yang selanjutnya akan menyebabkan autodigesti dan menyebabkan nekrosis dari pankreas tersebut selanjutnya akan memperburuk perjalanan klinis dari penyakit mulai dari terjadinya systemic inflammatory rensponse syndrome (SIRS) sampai sepsis dan kegagalam multiorgan pada akhirnya akan meningkatkan terjadinya kematian. 3 Mekanisme terjadinya aktivasi intrapankreatik dari zimogen menjadi ensim aktif yang pada akhirnya menyebabkan autodigesti belum diketahui.
Banyak faktor yang terlibat terjadinya peradangan ini antara lain iskemia, anoksia, trauma, infeksi dan endo atau eksotoksin. Penyebab dari pankreatitis akut antara lain batu empedu, spasme atau stenosis dari sfingter Oddi, trauma pada saluran pankreas karena tindakan ERCP, alkohol, infeksi virus, bakteri dan parasit, gangguan metabolik (hiperlipidemia, hiperkalsemia), vaskuler, aterosklerosis, emboli kolesterol dan vaskulitis.. Konsekuensi metabolik yang terjadi akibat dari kejadian pankreatitis akut ini adalah terjadinya hipermetabolisme berupa balans nitrogen negatif menjadi meningkat, hiperglikemia dan hipokalsemia. Terjadi peningkatan basal metabolic rate (BMR), sebagai akibat stress inflamasi dan nyeri abdomen.
Selain itu pada saat terjadinya pankreatitis akut, metabolisme spesifik dan non spesifik akan mengalami perubahan. Pengaturan nutrisi Prinsip dasar penatalaksanaan pasien dengan pankreatitis akut adalah resusitasi cairan, pemberian nutrisi yang adekuat baik parenteral nutrisi total, enteral atau kombinasi nutrisi tergantung keadaan, terapi kausa pankretitis akut serta pengobatan komplikasi yang terjadi dan terapi simptomatik untuk menghilangkan nyeri. Hal baru dalam tatalaksana pankreatitis akut adalah pemberian antibiotik lebih awal, enteral nutrisi pada yeyenum, kontrol gula darah yang ketat dan hindari nekrosektomi. 4 Dalam pemberian nutrisi pada pasien dengan pankreatitis akut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain apakah pasien perlu dipuasakan, apabila pasien dipuasakan kapan nutrisi enteral diberikan, jika akan diberikan nutrisi enteral bagaimana caranya, apa bentuk nutrisi yang diberikan.
Beberapa keadaan dimana parenteral nutritisi total harus diberikan adalah pada keadaan hemodinamik tidak stabil, metabolik tidak stabil, sepsis yang tidak terkontrol terjadi komplikasi ileus. Enteral dapat diberikan lebih awal tetapi tentunya jika akses dari enteral langsung pada yeyenum, karena akses langsung pada yeyenum memberikan respon minimal pada pankreas. Alasan mengapa nutrisi enteral langsung ke yeyenum , mengingat bahwa bahwa dengan pemeberian langsung ke yeyenum stimulasi eksokrin pankreas minimal karena makanan langsung pada yeyenum. Sama seperti pada nutrisi parenteral pemberian protein, petida dan asam amino melalui parenteral tidak menstimulasi eksokrin pankreas.
Pankreatitis akut merupakan sistemik yang terdiri dari dua fase. Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik inflamma tory syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam. Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti infeksi. Kedua fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multi organ yang biasanya dimulai pada awal minggu kedua. Kegagalan fungsi salah satu organ merupakan penanda beratnya penyakit  dan buruknya faktor prognosis.

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Scan CT : menentukan luasnya edema dan nekrosis
2.      Ultrasaind abdomen : dapat digunakan untuk identifikasi inflamasi pankreas pada abses, pseudesitis karsinoma, atau obstruksi traktus biller.
3.      Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnose fistula, penyakit obstruksi biller, dan struktur/anomaly duktus pankreas. Catatan: prosedur ini dikontraindikasikan pada fase akut.
4.      Aspirasi jarum petunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
5.      Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan dengan pankreas atau factor pencetus intra abdomen intraabdomen lain. Adanya udara bebas intraperitorineal disebabkan oleh ferporasi atau pembentukan abses, klasifikasi pankreas.
6.      Bilirubin serum :  terjadi penataan umum
7.      Pemeriksaan sin GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran pankreas inflamasi
8.      Amilase serum : makanya karena obstruksi aliran normal enzim pankreas (kadar normal tidak menyingkirkan penyakit)
9.      Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan
10.  Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi lebih lama.
11.  Fosfatase alkalin : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh penyakit biller.
12.  Albumin dan protein serum : dapat meningkat (meningkatkan permeabitas kapiler dan trasudasi cairan kearea ekstrasel.
13.  Kalsium serum : Hipokalemia dapat terlihat 2-3 hari setelah timbul penyakit
14.  Kalium : Hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster
15.  Triglisirida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl
16.  LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15 kali dari normal karena gangguan biller dan hati.
17.  Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hubungan mungkin menurun karena perdarahan. Hemotokrit biasanya meningkat (Hemo konsentrasi sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan ke dalam pankreas atau area retroperitoneal)
18.  Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi, khusus selama serangan awal/akut
19.  Fases : peningkatan kandungan lemak (steatorea) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan protein.

G.    Penatalaksanaan
Sebagian besar penderita pankreatitis akut dirawat di rumah sakit.
Penderita pankreatitis akut ringan harus menghindari semua makanan dan minuman, karena makan dan minum merangsang pankreas untuk menghasilkan lebih banyak enzim. Cairan dan zat gizi diberikan melalui infus.
Penderita pankreatitis akut berat biasanya dirawat di unit perawatan intensif, dimana tanda-tanda vitalnya (nadi, tekanan darah dan pernafasan) dipantau secara ketat.
Pengeluaran air kemih diukur dengan teratur. Juga diambil contoh darah untuk mengukur berbagai komponen darah, termasuk hematokrit, kadar gula darah, kadar elektrolit, jumlah sel darah putih dan kadar enzim darah.
Penderita mendapat makanannya melalui infus dan tidak diberikan apa-apa lewat mulut selama minimal 2 minggu dan mungkin selama 6 minggu.
Sebuah tabung dimasukan ke dalam hidung menuju ke lambung untuk menjaga lambungnya tetap kosong dan untuk memberikan antasid guna membantu mencegah terjadinya tukak lambung. Tabung ini juga berguna untuk mengeluarkan cairan dan udara terutama bila terdapat mual dan muntah.
Volume darah dipertahankan dengan memberikan cairan intravena dan fungsi jantung diawasi dengan ketat.
Oksigen diberikan melalui sungkup muka atau tabung hidung untuk meningkatkkan jumlahnya di dalam darah. Bila terapi ini tidak memadai, bisa dipasang alat bantu nafas untuk membantu pernafasan penderita.
Nyeri yang hebat biasanya diobati dengan meperidine. Kadang-kadang dibutuhkan pembedahan pada beberapa hari pertama dari pankreatitis akut yang berat. Pembedahan mungkin digunakan untuk meringankan pankreatitis yang disebabkan oleh cedera atau pembedahan eksplorasi bisa digunakan untuk memperjelas diagnosis yang masih mengambang. Kadang-kadang bila kondisi penderita memburuk setelah minggu pertama, pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian pankreas yang terinfeksi dan tidak berfungsi. Tejadinya infeksi pada pankreas yang meradang merupakan resiko dari pembedahan, terutama setelah minggu pertama. Dicurigai adanya infeksi, bila keadaan penderita memburuk dan timbul demam serta jumlah sel darah putih yang meningkat setelah gejala lainnya menghilang. Diagnosis ditegakkan dengan membuat biakan dari contoh darah dan melakukan pemeriksaan CT scan. Contoh bisa diambil dari bagian pankreas yang terinfeksi dengan memasukan jarum melalui kulit menuju ke pankreas. Infeksi diobati dengan antibiotik dan pembedahan.
Kadang-kadang di pankreas terbentuk pseudokista, yang terisi dengan enzim pankreas, cairan dan jaringan sisa, yang membesar seperti balon.
Bila pesudokista berkembang menjadi lebih besar dan menyebabkan nyeri atau gejala lain, dilakukan dekompresi. Dekompresi harus segera dilakukan bila pseudokista membesar dengan cepat, mengalami infeksi, mengalami perdarahan atau tampak akan pecah. Tergantung pada lokasinya, dekompresi bisa dilakukan dengan memasukkan kateter melaui kulit dan mengeluarkan isinya sampai kering selama beberapa minggu, atau melalui prosedur pembedahan.
Jika pankreatitis akut terjadi karena batu empedu, pengobatan tergantung pada tingkat keparahannya. Bila ringan, pengangkatan kandung empedu biasanya dapat ditunda sampai gejalanya mereda. Pankreatitis berat yang disebabkan oleh batu empedu dapat diobati dengan endoskopi atau pembedahan.
Prosedur pembedahan terdiri dari pengangkatan kandung empedu dan membersihkan salurannya. Pada penderita usia lanjut yang juga memiliki penyakit lain (misalnya penyakit jantung), sering dilakukan endoskopi. Tetapi jika pengobatan ini gagal, harus dilakukan pembedahan.








BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Biodata
a.      Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan pekerjaan, agama,   suku bangsa, pendapatan.
b.      Identitas Penanggung
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, pendapatan, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
b.      Riwayat Keluhan Utama
c.       Riwayat Kesehatan Masa Lalu
d.      Genogram tiga Generasi
2.      Pemeriksaan Fisik
Sirkulasi : Hipertensi (nyeri akut) hipotensi dan takikardia (syok    hipovolimia/toksemia), edema, asites.
Tanda :       Kulit pucak, dingin, berkeringat (vasokintriksi/perpindahan cairan),    Ikterik (inflamasi/obstruksi duktus koleduktus), warna biru hijau kecoklatan disekitar umbilicus dari akumulasi darah (pankreatitis hemoragi)
Integritas Ego
Tanda : Agitasi, gelisah, distress, ketakutan

Eliminasi
Gejala : Diare, muntah
Tanda : Sakit abdomen, distensi, dan nyeri lepas, kekakuan. Bunyi usus  menurun/tak ada (penurunan peristaltic/ileus) warna urine gelap atau cokelat, berbusa (empedu) fases busuk, keabu-abuan dan tak berbentuk (steatore) poliuria terjadi DM).
Makanan/cairan
Gejala :  Tidak toleran terhadap makanan, anokresia, muntah menetap, muntah,  penurunan berat badan.
Neurosensori
Tanda : Bingung, agitasi, tremor kasar pada ekstremitas    (hipokalemia)Nyeri/kenyamanan
Gejala :  Nyeri abdominal dalam berat yang tak berhubungan, biasanya berlokasi   pada epigastrium dan perumbilikus tetapi dapat menyebar kepunggung. Timbulnya dapat sering dan tiba-tiba. Tanda : Dapat meringkuk dengan kedua tangan di atas abdomen.
Pernafasan
Tanda :       Takipnea, dengan/tampa dispnea penurunan ke dalam pernafasan     dengan tindakan menekan/tegang Rales pada kedua Basal (efusi pleura).
Keamanan
Tanda : Demam

Seksualitas
Tanda : Kehamilan (trimester ketiga) dengan perpindahan isi abdomen dan penekanan pada traktus bilier.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah
3.      Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah
4.      Pola pernafasan yang tidak efektif berhubungan imobilisasi akibat rasa nyeri yang hebat, infiltrat pulmoner, efusi pleura dan atelektasis
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan imobilisasi, proses inflamasi, akumulasi cairan
6.      Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

C.    Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri Berhubungan Dengan Proses Inflamasi
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria standart : Pasien menyatakan nyeri hilang/terkontrol Pasien mengikuti program terapeutik menunjukkan metode mengurangi nyeri
Intervensi dan Rasional :
a.    Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0 -10). Catat faktor-faktor yang meningkatkan dan mengurangi nyeri.
Rasional : Pengkajian dan pengendalian rasa nyeri sangat penting karena kegelisahan pasien meningkatkan metabolisme tubuh yang akan menstimulasi sekresi enzim-enzim pankreas dan lambung.
b.    Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan yang tenang.
Rasional : menurunkan laju metabolik dan rangsangan/ sekresi GI sehingga menurunkan aktivitas pankreas.
c.    Ajarkan teknik distraksi relaksasi
Rasional : mengalihkan perhatian dapat meningkatkan ambang nyeri/ mengurangi nyeri.
d.   Pertahankan lingkungan bebas lingkungan berbau.
Rasional : rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri.
e.    Kolaborasi pemberian analgesik narkotik, contoh meferidin (demerol).
Rasional : meferidin biasanya efektif pada penghilangan nyeri.
f.     Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan.
Rasional : bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri/ komplikasi yang tak hilang pada trakts billier.
2.      Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Mual Muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam.
Kriteria standart : Menunjukkan peningkatan berat badan, Tidak mengalami malnutrisi
Intervensi dn Rasional :
a.       Kaji abdomen, catat adanya/ karakter bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual.
Rasional : Distensi usus dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/ tak adanya bising usus.
b.      Berikan perawatan oral higiene
Rasional : menurunkan rangsangan muntah.
c.       Bantu pasien dlam pemilihan makanan/ cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.
Rasional : kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan.
d.      Observasi warna/ konsistensi/ jumlah feses. Catat konsistensi lembek/ bau busuk.
Rasional : steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.
e.       Tes urine untuk gula dan aseton
Rasional : deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis.
f.       Kolaborasikan pemberian vitamin ADEK
Rasional : kebutuhan penggantian seperti metabolisme lemak terganggu, penurunan absorbsi/ penyimpangan vitamin larut dalam lemak.
g.      Kolaborasikan pemberian trigliserida rantai sedang (contoh : MCT, portagen)
Rasional : MCT memberikan kalori/ nutrien tambahan yang tidak memerlukan enzim pankreas untuk pencernaan/ absorbsi.
3.      Defisit Volume Cairan Berhubungan Dengan Diaphoresis, Mual, Muntah
Tujuan : volume cairan tubuh pasien terpenuhi setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1×24 jam.
Kriteria standart : mempertahankan hidarasi kuat, tanda-tanda vital adekuat.
Intervensi dan Rasional :
a.       Awasi tekanan darah dan ukur CVP bila ada
Rasional : penurunan curah jantung/ perfusi organ buruk sekunder terhadap episode hipotensi dapat mencetuskan luasnya komplikasi sistemik.
b.      Ukur masukan dan haluaran cairan termasuk muntah atau aspirasi gaster, diare.
Rasional : indikator kebutuhan penggantian/ keefektifan terap
i.
c.       Timbang berat badan sesuai dengan indikasi
Rasional : penurunan berat badan menunjukkan hipovolemia.
d.      Observasi dan catat edema perifer dan dependen
Rasional : perpindahan cairan atau edema terjadi sebagai kibat peningkatan permeabilitas vaskuler, retensi natrium, dan penurunan tekanan koloid pada kompartemen intravaskuler.
e.       Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi dan irama
Rasional : perubahan jantung/ disritmia dapat menunjukkan hipovolemia dan/ketidakseimbangan elektrolit, umumnya hipokalemia/ hipokalsemia.
f.       Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi contoh cairan garam faal, albumin, produk darah/ darah, dekstran.
Rasional : cairan garam faal dan albumin dapat digunakan untuk mengikatkan mobilisasi cairan kembali kedalam area vaskuler.
4.      Pola Pernafasan Yang Tidak Efektif Berhubungan Dengan Imobilisasi
Akibat Rasa Nyeri Yang Hebat, Infiltrat Pulmoner, Efusi Pleura, Dan Atelektasis
Tujuan : perbaikan fungsi respiratorius
Kriteria standart : setelah dilakukan perawatan selama 1×24 jam pola pernafasan klien kembali normal
Intervensi dan Rasional :
a.       Kaji status pernafasan (frekuensi, pola, suara nafas) pulsa oksimetri dan gas darah arteri
Rasional : pankreatitis akut menyebabkan edema retroperitonial, elevasi diafragma, efusi pleura dan ventilasi paru tidak adekuat.
b.      Pertahankan posisi semi fowler
Rasional : penurunan tekanan pada diafragma dan memungkinkan ekspansi paru yang lebih besar.
c.       Beritahukan dan dorong pasien untuk melakukan nafas dalam dan batuk setiap jam sekali.
Rasional : menarik nafas dalam dan batuk akan membersihkan saluran nafas dan mengurangi atelektasis.
d.      Bantu pasien membalik tubuh dan mengubah posisi tiap 2 jam sekali.
Rasional : Pengubahan posisi sering membantu aerasi dan drainase semua lobus paru.
5.      Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Immobilisasi, Proses Inflamasi, Akumulasi Cairan
Tujuan : Setelah diadakan intervensi keperawatan klien tidak mengalami infeksi/infeksi tidak terjadi.
Kriteria Standart : Meningkatkan waktu penyembuhan, Klien bebas infeksi, Berpartisipasi pada aktifitas untuk mengurangi resiko nyeri
Intervensi dan rasional:
a.       Gunakan teknik aseptik ketat bila mengganti balutan bedah atau bekerja dengan infus kateter/selang,drain.Ganti balutan dengan cepat.
Rasional : membatasi sumber infeksi,dimana dapat menimbulkan sepsis pada pasien.
b.      Tekankan pentingnya mencuci tangan dengan baik.
Rasional : menurunkan resiko kontaminasi silang
.
c.       Observasi frekuensi dan krakteristik pernapasan,bunyi napas.Cata adanya batuk dan produksi sputum.
Rasional : akumulasi cairan dan keterbatasan mobilitas mencetuskan infeksi pernapasan dan atelektasis.
d.      Observasi tanda infeksi seperti demam dan distress pernapasan.
Rasional : mendeteksi dini terjadinya infeksi pada pasien.
6.      Defisit Pengetahuan Tentang Kondisi, Prognosis Dan Kebutuhan Pengobatan.
Tujuan : Klien memahami tentang proses penyakit dan prognosanya setelah dilakukan penyuluhan kesehatan.
Kriteria Standart: Memahami proses penyakit dan prognosanya, Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi dan Rasional:
a.       Kaji ulang penyebab khusus terjadinya episode dan prognosis
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi.
b.      Diskusi penyebab lain/faktor yang berhubungan. Contoh : masukan alcohol berlebihan, penyakit kandung empedu,ulkus duodenum, hiperlipidemia,dan beberapa obat (contoh:kontrasepsi oral,tiazid,lasix).
Rasional : penghindaran dapat membantu membatasi kerusakan dan mencegah terjadinya kondisi kronis.
c.       Anjurkan menghentikan merokok
Rasional : nikotin merangsang sekresi gaster dan aktivitas pankreas yang tak perlu.
d.      Diskusikan tanda dan gejala DM ,contoh : polidipsia, poliuria, kelemahan, penurunan berat badan.
Rasional : kerusakan sel beta dapat mengakibatkan gangguan produksi insulin sementara atau permanen.

D.    Evaluasi
1.      Klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang
2.      Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
3.      Intake cairan klien baik
4.      Pola pernapasan klien kembali efektif
5.      Tidak ada infeksi
6.      Klien memahami tentang penyakitnya serta proses pengobatannya



DAFTAR PUSTAKA


Anderson Price, Silvia, 1994, Patofisiologi, Edisi Keempat, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Doenges, Marylinin E, dkk, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit       Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mansyur, Alif, dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
http://medicastore.com/penyakit/503/Radang_Pankreas_Pankreatitis_Akut.html
http://www.totalkesehatananda.com/index.html

Tidak ada komentar: